Reporter : Syamsul Akbar
KRAKSAAN – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-72 PGRI dan Hari Guru Nasional (HGN) ke-23 tahun 2017, Dinas Pendidikan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo bekerja sama dengan PGRI Kabupaten Probolinggo mengadakan Sinau Bareng Emha Ainun Najib atau Cak Nun dan Kiai Kanjeng di Auditorium Madakaripura Kantor Bupati Probolinggo, Rabu (13/12/2017) malam.
Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng
ini diikuti oleh 1.000 orang peserta terdiri dari para guru, pengawas,
penilik dan mitra terkait. Mereka menggunakan pakaian dengan nuansa
putih berkopyah bagi laki-laki dan muslimah bagi perempuan.
Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Bupati Probolinggo Drs. HA. Timbul
Prihanjoko didampingi Ketua TP PKK Kabupaten Probolinggo Hj. Nunung
Timbul Prihanjoko dan jajaran Forkopimda, Mustasyar PCNU Kabupaten
Probolinggo dan Kota Kraksaan Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si, Ketua Umum
MUI Kabupaten Probolinggo KH Munir Kholili, Sekretaris Daerah Kabupaten
Probolinggo Soeparwiyono dan pejabat di lingkungan Pemkab Probolinggo.
Dalam sambutannya H Hasan Aminuddin
mengungkapkan selain untuk memperingati HUT ke-72 PGRI dan HGN ke-23
tahun 2017, Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng ini digelar dalam
rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
“Zaman ini butuh sebuah uswah hasanah
atau contoh dari pemimpin. Mari kita awali dari guru. Para pemimpin saat
ini merupakan hasil karya besar dari guru. Oleh karena itu, kita harus
selalu menghormati guru,” katanya.
Menurut Hasan, akhlak wajib dicontohkan
oleh guru. Karena peradaban saat ini seseorang sering mengambil
keputusan melogikakan semua problem di dunia ini. Nilai-nilai keimanan
sudah tidak ada.
“Perilaku zaman hari ini adalah
perubahan gaya hidup sehingga mensyukuri nikmat selalu merasa tidak
cukup. Bahkan budaya malu hampir mulai ditinggalkan. Dalam kesempatan
ini saya mengajak semua guru untuk mengembalikan semua itu seperti
dahulu,” jelasnya.
Sementara Emha Ainun Najib (Cak Nun)
menyampaikan perkembangan teknologi sangat luar biasa. Hal ini yang
menyebabkan masyarakat Indonesia tangguh-tangguh dan energinya luar
biasa.
“Guru adalah yang menjalankan alam
semesta. Insya Allah masuk surga, karena guru menjadi orang-orang yang
menjalankan cintanya Allah. Kita mengajar karena cinta. Semoga etos dan
kinerjanya guru meningkat. Sebab cinta tidak akan berkurang, akan tetapi
akan terus bertambah. Guru adalah pekerjaan rohaniyah sehingga bisa
bertambah-tambah pahala ibadahnya,” ungkapnya.
Menurut Cak Nun, harus gembira menjadi
guru. Temuka inovasi dan cara apa yang bisa membuat guru gembira
sehingga anak-anak tidak bosan. Banyak anak-anak yang tidak paham
pelajaran karena guru dan suasana kelasnya yang tidak menyenangkan.
Hidup ini harus memberi berita gembira dengan cara memberikan
kegembiraan.
“Kita diberi ilmu untuk mengatasi
masalah. Tetapi banyak yang tidak tahu bagaimana cara mengatasi masalah.
Padahal salah satunya adalah melalui tawakkal,” jelasnya.
Cak Nun menegaskan bahwa pada
kenyataannya pelajar Indonesia pintar-pintar. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya prestasi yang diraih di luar negeri. Namun tidak sedikit dari
mereka yang akhirnya tidak mampu berkembang karena seringnya terjadi
perubahan sistem pembelajaran.
“Kadang dalam lima tahun, sistem
pendidikannya bisa berubah hingga beberapa kali. Belum selesai satunya
sudah ada sistem yang baru. Ini bukan salahnya guru. Karena pada
dasarnya guru itu sudah pusing karena seringnya pergantian sistem
pendidikan. Oleh karena itu, guru itu sebaiknya cukup fokus mengajar
saja, ” terangnya.
Menurut Cak Nun, pendidikan itu harusnya
juga mengajarkan akhlak. Namun dalam kurikulum yang dibuat tidak ada
yang menjelaskan tentang pendidikan akhlak. Dari sinilah guru harus bisa
memberikan pendidikan akhlak kepada anak didiknya. “Kalau tidak ada di
kurikulum maka pendidikan akhlak ini harus diisi sendiri oleh guru,”
tegasnya.
Cak menambahkan bahwa seorang guru itu
harus berpedoman kepada 4 (empat) sifat dari Nabi Muhammad SAW. Yakni
siddiq, amanah, tablig dan fatonah. Ini harus menjadi kunci agar mampu
mendidik anak-anak Indonesia dengan maksimal.
“Anak didik di Indonesia itu multi
talenta. Maka kembangkan dan didiklah mereka jangan buat kecewa. Guru
harus mampu mengembangkan kreatifitas anak-anak. Karena sekolah itu
hanya sebagai wadahnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut Cak Nun menerangkan untuk
menjadi sukses maka anak-anak harus mampu melihat masa lalu, masa
sekarang dan masa yang akan datang. “Anak-anak dengan mempelajari masa
lalu, maka dia akan berkembang dengan baik. Tetapi guru harus mampu
membedakan antara agama dan budaya. Contohnya, menutup aurat adalah
agama. Sementara alat yang dibuat menutup aurat adalah budaya,”
pungkasnya.
Terpisah Kepala Dispendik Kabupaten
Probolinggo Dewi Korina mengungkapkan kegiatan ini bertujuan untuk
memberikan apresiasi kepada para guru khususnya dan semua pejabat di
lingkungan Pemkab Probolinggo berupa hiburan sekaligus pencerahan yang
religius untuk sinau, belajar, mengevaluasi diri, memperbaiki kinerja
serta meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat di tahun
yang akan datang.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua
PGRI Kabupaten Probolinggo Purnomo. Menurutnya, kegiatan ini merupakan
salah satu upaya untuk peningkatan kompetensi guru serta penguatan
karakter sebagai contoh bagi anak didik selaras dengan telah
diperhatikannya kesejahteraan guru.
Selain sinau melalui ceramah, kegiatan
ini juga diisi dengan nyanyian untuk menggugah motivasi guru dengan
iringan musik Kiai Kanjeng. Dalam kesempatan tersebut para guru juga
diajak mengenal kembali permainan masa lalu yang sering dilakukan oleh
anak-anak masa dahulu.
Sebelum berakhir, pada malam itu, Kepala
Kejaksaan Negeri (Kajari) Kabupaten Probolinggo Nadda Lubis, Kapolres
Probolinggo AKBP Fadly Samad dan Dandim 0820 Probolinggo Letkol Kav
Depri Rio Saransi secara bergantian melantunkan suara emasnya. Kegiatan
Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng ini diakhiri dengan menyanyikan
lagu Kemesraan bersama-sama. (wan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar